Jumat, 02 Maret 2012

Di Balik Kota Bontang, Kalimantan Timur


Berkunjung ke Kalimantan Timur tak akan lengkap jika belum singgah ke Balikpapan. Terutama Kota Bontang. Kota Bontang memang belum banyak di kenal orang. Maklum saja kota ini merupakan kota yang terkecil dari kota yang lainnya. walaupun hanya kota kecil, namun kota ini banyak menyimpan kenangan sepanjang perjalanan saya. Mau tahu? Berikut cacatan penulusuran saya ketika berkunjung ke pulau terluas di Indonesia beberapa waktu lalu.
Tepat pukul 15.00 WITA, cuaca Kota Bontang tengah diselimuti awan mendung. Wajar saja saat itu tengah memasuki musim penghujan. Walaupun memasuki musim penghujan, namun hawa di kota tersebut terasa gerah. Kalau orang jawa mengatakan rasanya sangat sumuk alias panas. Pasalnya, hutan yang dijadikan sebagai penghasil oksigen lambat laun akan tergantikan oleh lahan yang menghasilkan debu dan kotoran. Hal tersebut karena banyak lokasi tambang batu bara yang tengah beroperasi.banyak perusahaan – perusahaan asing yang tengah mencari keuntungan yang sebesar – besarnya untuk dapat meraup keuntungan dari hasil tambang di tanah Indonesia ini.
Panasnya hawa tersebut membuat saya untuk berinisiatif beranjak pergi keluar rumah untuk mencari hawa segar dan suasa santai demi menghilangkan penat serta hiruk pikuk ramainya suasana kota. Pada siang menjelang sore itu saya bergegas untuk menuju tempat lokasi wisata sekaligus tempat permukiman yang berada di timur kota Bontang. Letaknya berada di kawasan konservasi hutan bakau. Botang Kuala, salah satu tempat favorit masyarakat Botang. Selain tempatnya yang ramai di kunjungi, tempat ini juga sebagai lokasi permukiman masyarakat yang mayoritasnya bermata pencaharian sebagai nelayan. 
Gerbang Wisata Bontang Kuala
Secara kebetulan, saat saya berkunjung di daerah Bontang Kuala tersebut, tengah mengadakan pesta Bahari 2012 yang diselenggarakan oleh pemerintah Kota Bontang selama 1 bulan. Ajang pesta yang diselenggarakan setiap tahunnya menambah cacatan baru saya untuk dapat mengunjungi Kota Bontang. Menjelang sore hari, sekitar pukul 17.00 WITA banyak masyarakat Botang berkunjung kesana untuk menikmati suasana sore bersama keluarga  maupun hanya sekedar nongkrong oleh kalangan anak gaulnya Kota Bontang. 
Dalam pesta tersebut, pandangan saya disajikan berbagai macam tontonan. Mulai dari kuliner khas Bontang seperti pisang goreng maupun gorengan lainnya yang cara penyajiannya di cocol dengan sambel kacang khas ulekan dari tangan orang asli Bontang hingga beranekaragam minuman – minuman khas masyarakat Bontang Kuala. 
suasana santai menjelang matahari terbenam di Bontang Kuala
Suasana santai tampak terlihat dari para pengunjung yang tengah menikmati sore dengan semilir angin pantai yang berhembus. Saat itu, saat saya tengah menikmati suasana santai tersebut, terdengar suara berisik yang tengah berlalu lalang dari kejauhan sehingga suasana santai saya jadi terusik. Merasa penasaran saya mencoba untuk mendekati sumber suara berisik tersebut. tak ayal, saya merasa tertawa sendiri. Pasalnya, balapan yang biasanya dilakukan di atas lintasan atau sirkuit namun kali ini terdapat balapan di atas air. Dengan bermodalkan perahu kecil dan mesin tempel, para pembalap dengan terampil memainkan serta membuka lebar gas selebar - lebarnya pada mesin tersebut untuk dapat melaju sekencang – kencangnya.
 Nama balapan tersebut adalah balapan perahu ketinting. Balapan ini terdiri dari 3 – 4 perahu dengan start secara bersamaan hingga menuju finish yang telah ditentukan sebelumnya. Mata saya tertuju pada salah satu perahu yang dikemudikan oleh salah satu anak. Secara kasat mata tampak seperti orang dewasa, namun anak tersebut masih tengah duduk dibangku kelas Sekolah Menengah Pertama (SMP). Andi, salah satu bocah asli kelahiran tanah Borneo itu memilih menjadi joki balap perahu ketinting. Dengan nyali yang dimiliki, dirinya mengaku cukup senang dapat mengemudikan perahu balap tersebut. “ Awalnya saya merasa takut, tapi setelah dicoba terus lama – lama saya berani. Selain untuk dapat menghibur masyarakat Bontang, saya juga bisa dapat uang jajan tambahan kalau menang,” ujarnya polos kepada saya. 
balap perahu ketinting
Tanpa melihat resiko yang akan dihadapinya, dengan penuh kepercayaan dirinya ia melakukan terus menerus balapan dengan perahu lainnya. Masyarakat yang menonton pun juga merasa terhibur dengan adanya balapan perahu tersebut. tidak sedikit pula beberapa kaum hawa merasa ketakutan melihat balapan tersebut. pasalnya, lokasi yang dijadikan balapan tersebut sebagai jalur keluar masuknya para nelayan yang hendak pulang usai menagkap ikan di laut. Selain itu, tempat tersebut juga sebagai hilir mudik bagi masyarakat yang hendak berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. maklum saja, beberapa permukiman masyarakat Bontang Kuala berada di pinggir pantai dan tidak dapat diakses melalui jalur darat melainkan transportasi satu – satunya adalah dengan perahu sehingga balapan tersebut lebih menghidupkan ajang pesta tahunan yang menurut saya cukup meriah. (Entung)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar